BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap teknologi dibangun atas dasar suatu teori tertentu.
Demikian pula teknologi pendidikan, dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang
ditarik dari berbagai teori, diantaranya adalah teori ekonomi dan manajemen.
Ilmu ekonomi menyuguhkan prinsip-prinsip efisiensi dan efektifitas. Mengingat
jumlah sasaran yang harus dilayani cukup besar, kesempatanya sangat terbatas,
dan sumber belajar tradisional makin terbatas pula, maka perlu dikembangkan
alternatif layanan pendidikan yang paling efektif dan efisien dengan menerapkan
teknologi pendidikan. Oleh karena itu teknologi pendidikan berupaya untuk
merancang, mengembangkan dan memanfaatkan aneka sumber belajar sehingga dapat
memudahkan atau memfasilitasi seseorang untuk belajar. Kontribusi atau dukungan
teori ekonomi dalam teknologi pendidikan yaitu menekankan pada proses untuk
memperoleh nilai tambah, yaitu belajar akan lebih berkualitas, lebih produktif,
lebih efisien, lebih efektif, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat, dan
sebagainya.
Manajemen berperan dalam penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu dan merata dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Manajemen
pendidikan adalah suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggaraan
pendidikan dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan,
pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.
Adapun ruang lingkup fungsi manajemen pendidikan yaitu; manajemen peserta
didik, tenaga pendidik dan kependidikan, keuangan, sarana dan prasarana, humas,
dan manajemen layanan khusus.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan ulasan di atas, maka maka rumusan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kontribusi teori
ekonomi dan manajemen dalam teknologi pendidikan?
2.
Bagaimana kontribusi teori
manajemen dalam teknologi pendidikan?
3.
Bagaimana aplikasi/penerapan
teori ekonomi dan manajemen dalam pemecahan masalah pembelajaran?
BAB II
LANDASAN TEORI EKONOMI DAN
MANAJEMEN
A.
TEORI EKONOMI
1. Pengertian
ekonomi
Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata
"ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti
"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan,
aturan, hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan
rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Sementara yang
dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep
ekonomi dan data dalam bekerja. Ilmu yang mempelajari ekonomi disebut sebagai
ilmu ekonomi.
Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya
ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat
pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan
timbulnya kelangkaan.
2.
Teori Ekonomi
Teori ekonomi dibedakan menjadi teori ekonomi mikro dan
makro. Teori ekonomi mikro mempersoalkan praktek ekonomi sehari-hari seperti
permintaan, penawaran, kegunaan, dan sebagainya. Contoh penerapan teori mikro
dalam pendidikan, misalnya:
a. Dalam
merancang sebuah media pembelajaran, maka diusahakan dengan biaya seminimal
mungkin tetapi dapat memberikan fungsi pembelajaran semaksimal mungkin
(memperoleh hasil sebesar-besarnya dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya)
b. Sekolah
yang mempunyai kualitas yang tinggi (baik) maka pendaftar ke sekolah tersebut
akan naik (banyak).
Sedangkan teori ekonomi makro meliputi teori klasik,
produktivitas, dan modern. Perkembangan perekonomian makro berpengaruh sekali
dalam bidang pendidikan, seperti sekarang ini banyak sekali orang kaya yang mau
menjadi bapak angkat bagi anak-anak yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan
kejenjang yang lebih baik. Perkembangan lain yang sangat mengembirakan adalah
terlaksananya sistem ganda dalam dunia pendidikan, hal ini berlangsung baik di
lembaga pendidikan yaitu kerjasama sekolah dengan pihak usahawan dalam proses belajar
mengajar. Kemajuan pembangunan perekonomian secara makro dapat juga berdampak
timbulnya sekolah-sekolah unggul yang memiliki fasilitas pendidikan yang
lengkap karena di biayai dan dipunyai oleh kebanyakan orang - orang kaya.
Walaupun kebijakan dan program sekolah ini tidak sama dengan yang lain,
diharapkan agar tidak terdapat pilih-kasih dalam menerima para siswa artinya
calon siswa dari manapun asalnya hendaklah dapat diberikan kesempatan dalam
menempuh pendidikan di sekolah unggulan tersebut dan yang paling penting juga
adalah dapat menghasilkan lulusan yang bermutu serta tidak menyimpang dengan
tujuan pendidikan nasional negara kita.
B.
KONTRIBUSI TEORI EKONOMI
DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa Ilmu ekonomi menyuguhkan
prinsip-prinsip efisiensi dan efektifitas. Sehingga jika dikaitkan dengan teknologi
pendidikan, maka ia berupaya untuk merancang, mengembangkan dan memanfaatkan
aneka sumber belajar sehingga dapat memudahkan atau memfasilitasi seseorang
untuk belajar. Kontribusi atau dukungan teori ekonomi dalam teknologi
pendidikan yaitu menekankan pada proses untuk memperoleh nilai tambah, yaitu
belajar akan lebih berkualitas, lebih produktif, lebih efisien, lebih efektif,
lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya.
Miarso mencontohkan (2004:598) biaya penataran guru yang
diselenggarakan secara tradisional perlu dipertanyakan aspek ekonominya. Pada
saat ini sudah banyak bimbingan guru yang dilaksanakan secara on line, misalnya
pemerintah pada tahun 2007 mengadakan bimbingan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
secara on line. Guru juga diharapkan tergabung dalam Think Quest untuk sharing
segala macam hal dan kesulitan dalam mengajar. Dana yang dikeluarkan tentu saja
lebih hemat dibandingkan jika harus mendatangkan pembimbing secara langsung.
Bila kita kaji, sebenarnya berbagai bentuk penerapan
Teknologi Pembelajaran secara menyeluruh sebagai garapan Teknologi Pendidikan,
tidak lepas dari usaha untuk mengefisiensikan biaya (penerapan teori ekonomi),
misalnya: 1) Proyek percontohan sistem PAMONG, 2) Program KEJAR paket A dan B,
3) Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), 4) SMP Terbuka, 5) Universitas
Terbuka, dan lain lain.
C.
TEORI MANAJEMEN
1.
Pengertian Manajemen
Dari segi bahasa, kata “manajemen” berasal dari bahasa latin
yaitu dari asal kata “manus” yang berarti tangan dan “agere” yang berarti
melakukan. Kata- kata tersebut digabung menjadi kata kerja “managere” yang
artinya menangani. Dalam bahasa Inggris “managere” dalam bentuk kata kerja yakni
“to manage” dan kata benda management”, dan “manager” untuk orang yang
melakukan kegiatan manajemen. Sementara itu, dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “manajemen” atau “pengelolaaan”.
Menurut Chuck Williams (2001: 8), manajemen adalah bekerja
melalui orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas yang membantu pencapaian
sasaran organisasi seefisien mungkin.
Sementara itu, Nanang Fattah (2001:1) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu, kiat dan profesi. Manajemen dikatakan sebagai ilmu oleh
Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu biang pengetahuan yang
sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.
Dikatakan sebagai kita oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui
cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Sedangkan
dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk
mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode
etik.
Berdasarkan paparan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu dan cara menggerakkan orang-orang untuk menjalin
kerja sama dalam menjalankan tugas masing-masing pada suatu organisasi,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai seefektif dan seefisien mungkin. Dan
orang yang memiliki ilmu dan keterampilan ini disebut sebagai manajer.
2.
Falsafah Manajemen
Manajemen sebagai pengetahuan juga disusun dengan ciri-ciri
spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana (epistemology), dan untuk apa
(aksiologi), ketiganya berkaitan satu sama lain (sistemik). Adapun falsafah
manajemen pada hakikatnya menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of
related knowledge) untuk berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah
manajemen. (Nanang Fattah, 2001: 11).
Dasar falsafah manajemen dibagi dalam tiga jenis hakikat
yaitu hakikat tujuan manajemen, hakikat manusia, dan hakikat kerja. Menurut
Shrode dan Voich (1974) tujuan manajemen adalah produktivitas dan kepuasan.
Untuk meningkatkan produktivitas tersebut, maka perlu diperhatikan perilaku
manusia, sosial dan segala aspeknya.
3.
Teori dan Prinsip- Prinsip
Manajemen.
Menurut Nanang Fattah (2001: 11) teori manajemen mempunyai
peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan
dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik
teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: a) mengacu pada pengalaman
empirik, b) adanya keterkaitan antara satu teori dengan dengan teori yang lain,
c) mengakui kemungkinan adanya penolakan. Dalam perkembangan teori manajemen,
dikenal tiga teori manajemen, yaitu; teori klasik, tori neo klasik, dan teori
modern. (Nanang Fattah, 2001: 22-32).
Teori klasik, berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu
sifatnya rasional, berfikir logik, dan kerja merupakan suatu yang diharapkan.
Beberapa pelopor teori klasik antara lain; Frederik W Taylor (1956-1915) dengan
teori manajemen ilmiah (scientific management), Henri Fayol (1916) dengan teori
5 pedoman manajemen, Gulick dan Urwick (1930) dengan teori akronim POSDCORB,
dan Max Weber (1947) dengan teori birokrasinya.
a.
Teori neo klasik, berasumsi
bahwa manusia itu makhluk sosial dengan mengaktualisasikan dirinya. Pelopor
teori neo klasik ini, antara lain; Elton Mayo dengan studi hubungan antar
manusia (studi Hawthorne), Douglas McGregor, menyatakan bahwa manajemen akan
mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan
aktualisasi diri karyawan, Vromm (Filley, et al., 1976) dengan teori harapan
(ekspektasi), McClelland dengan teori prestasinya, dan Porte dan Lawler (1968)
dengan teori yang dibangun atas dasar teori ekspektasi.
b.
Teori modern, pendekatan modern
berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional, artinya orang menyesuaikan diri
dengan situasi yang dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan. Asumsinya bahwa orang itu berlainan dan berubah baik
kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan.
Teori modern dengan pandangan sistem memandang organisasi itu terbuka (open
system) dan kompleks. Tiga unsur pokok, yaitu analisis sistem, rancangan
sistem, dan manajemen memberi petunjuk dalam mengoperasionalkan pendekatan
sistem.
Menurut Nanang Fattah (2001: 12) prinsip-prinsip manajemen
penting dalam menentukan cara/ metode kerja, pemilihan pekerja dan pengembangan
keahliannya, pemilihan prosedur kerja, menentukan batas-batas tugas,
mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas, melakukan pendidikan dan latihan,
dan menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semuanya dimaksudkan untuk
meningkatkan efektivitas, esiensi, dan produktivitas kerja.
Adapun prinsip-prinsip manajemen tersebut banyak dikemukakan
oleh para ahli, namun pada hakikatnya memiliki kesamaan. Fayol mengemukakan
sejumlah prinsip, yaitu; pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang dan tanggung
jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan
kepentingan umum/ organisasi dari pada kepentingan pribadi, pemberian kontra
prestasi, sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam
menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok. Semua prinsip di atas dijadikan
patokan dalam praktik manajerial yang memiliki orientasi tertentu. Berdasarkan
orientasinya, dikenal 4 prinsip manajemen yaitu; manajemen berdasarkan sasaran,
manajemen berdasarkan orang, manajemen berdasarkan struktur, dan manajemen
berdasarkan informasi.
4.
Peran dan Fungsi Manajemen
dalam Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan merata, akan
menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Untuk itu, perlu adanya pengelolaan
sistem pendidikan yang profesional. Disinilah peran manajemen dalam pelaksanaan
sistem pendidikan.
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan
daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang
usaha sekolah untuk mencapai tujuannya. Substansi garapan manajemen pendidikan
sebagai proses disebut juga sebagai fungsi manajemen, adalah; a) perencanaan;
b) pengorganisasian; c) pengarahan (motivasi, kepemimpinan, pengambilan
keputusan, komunikasi, koordinasi, dan negosiasi, serta pengembangan organisasi);
d) pengendalian meliputi pemantauan (monitoring), penilaian dan pelaporan.
Adapun ruang lingkup fungsi manajemen pendidikan yaitu;
manajemen peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, keuangan, sarana dan
prasarana, humas, dan manajemen layanan khusus. Jadi pada hakikatnya, peran
manajemen dalam pendidikan adalah sebagai pengelola sistem pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Sedangkan fungsi manajemen yang juga dipandang
sebagai proses mencakup proses/fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian (pengawasan dan evaluasi) terhadap pelaksanaan sistem
pendidikan di lembaga pendidikan (sekolah).
D.
KONTRIBUSI TEORI
MANAJEMEN DALAM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Dalam kajian teknologi pendidikan, teori manajemen mengalami
proses perekembangan. Pada awalnya manajemen dipandang penting untuk mengawasi
proses dan hasil pembelajaran di lingkungan sekolah. Pada tahun 1972, manajemen
dipandang sebagai supervisi personel dan pengelolaan organisasi. Kemudian pada
tahun 1977 manajemen dipandang sebagai proses pengembangan Instruksional dan
sistem pembelajaran berbasis teknologi (AECT, 1977). Dan pada perkembangan
tahun 1994, Seels dan Richey (1994) mendefinisikan “Management meanth planning,
coordinating, organizing, and supervising resources, information, and delivery
systems in the context of managing instructional design (ID) projects.” (Alan
Januszewski dan Michael Molenda, 2008: 176).
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen dalam
teknologi pendidikan adalah suatu proses pengelolaan desain instruksional
(desain pembelajaran) yang mencakup proses perencanaan, koordinasi, organisasi
dan supervisi sumber, informasi, dan sistem pembelajaran.
Adapun kontribusi teori manajemen dalam teknologi pendidikan
dapat dilihat pada program manajemen dalam teknologi pendidikan antara lain;
manajemen proyek, manajemen sumber, manajemen personal, dan manajemen program.
(Alan Januszewski dan Michael Molenda, 2008: 183). Adapun fungsi manajemen
proyek dalam pendidikan adalah proses perencanaan, monitoring, dan pengendalian
proyek desain dan pengembangan desain instruksional. Sedangkan fungsi manajemen
sumber adalah perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan
pelayanan sumber (sumber mencakup personil keuangan, bahan baku, waktu,
fasilitas, dan sumber pembelajaran). Fungsi manajemen personal adalah
menyiapkan orang-orang yang ahli dalam pengelolaan berbagai sumber belajar.
Sedangkan manajemen program berfungsi sebagai supervisi dan kontrol/pengawasan
terhadap seluruh aktivitas manajemen sebelumnya, agar proses manajemen
pengelolaan desain instruksional tersebut dapat berjalan efektif dan efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kontribusi teori manajemen
dalam teknologi pendidikan adalah sebagai pengelola teknologi pendidikan,
adapun proses manajemen tersebut berperan dalam konteks manajemen desain
instruksional. Komponen desain instruksional yang menjadi objek manajemen
adalah manajemen proyek desain, manajemen sumber/ media pembelajaran (mencakup
teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologi berbasis komputer, dan
teknologi terpadu), dan manajemen sumber belajar yang mencakup pesan, orang,
bahan, peralatan (fasilitas), teknik, dan latar (setting) yang mencakup
lingkungan fisik dan nonfisik. Dan keseluruhan proses teknologi manajemen
tersebut pada dasarnya memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah-masalah
pembelajaran, agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
E.
APLIKASI TEORI EKONOMI
DAN MANAJEMEN DALAM PEMECAHAN MASALAH PEMBELAJARAN
Pembelajaran merupakan proses interaksi pendidik dan
pembelajar, di dalam interaksi tersebut akan terjadi proses transformasi
pengetahuan, nilai, dan budaya. Namun proses pembelajaran tersebut tidak selalu
berjalan sesuai harapan, tetapi akan timbul berbagai masalah, antara lain,
kondisi ekonomi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses
pembelajaran. Masalah ekonomi ini harus menjadi landasan untuk terlaksananya
proses pembelajaran. Menurut Kotler (1985), fungsi ekonomi bertalian erat
dengan marketing (analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan yang
memberikan perubahan nilai, dengan target pasar) sebagai tujuan lembaga
pendidikan yang mencakup :
1.
Mendesain penawaran.
2.
Menentukan kebutuhan atau
keinginan pasar dalam hal ini peserta didik sesuai dengan kebijakan link and
match.
3.
Menentukan harga efektif dengan
mengadakan komunikasi, distribusi, komunikasi, dan layanan.
Dalam
hal ini keuntungan marketing adalah:
1.
Meningkatnya misi pendidikan
secara sukses dan terselenggara dengan baik, sebab diisi dengan program yang
baik,
2.
Meningkatkan daya tarik
terhadap masyarakat, peserta didik, dana donator
3.
Meningkatkan kepuasan
masyarakat, meningkatkan keefesiensian dan kegiatan pemasaran.
Akan tetapi dalam marketing juga terdapat kelemahan yaitu
lembaga pendidikan selalu dijadikan usaha dagang, dikomersilkan dalam
mendapatkan keuntungan, idealisme pendidikan cenderung diabaikan dalam dunia
pendidikan di negara kita.
Pendidik (guru) adalah seorang manajer dalam kelas,
pendidiklah yang bertanggung jawab dalam melakukan proses pengelolaan baik pra
pembelajaran, proses pembelajaran di dalam kelas hingga pasca pembelajaran,
maka pendidiklah yang berusaha mencari solusi dalam memecahkan masalah-masalah
pembelajaran yang timbul. Penerapan manajemen Instruksional (RPP) merupakan
salah satu cara seorang pendidik mampu menemukan solusi terhadap masalah yang
dihadapi. Penerapan manajemen dapat dilakukan dengan mengelola desain Rencana Pembelajaran
yang efektif, yaitu dengan merumuskan tujuan yang yang berpusat pada
pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik pembelajar, mengembangkan dan
memanfaatkan media pembelajaran yang bervariatif dan efektif, mengembangkan
strategi pembelajaran, dan memanfaatkan aneka sumber belajar, serta menyusun
rancangan evaluasi yang efektif. Disamping itu, manajemen juga dapat diterapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melakukan pengelolaan kelas,
misalnya pengaturan tempat duduk, ventilasi, pengaturan penyimpanan
barang-barang, menciptakan suasana sosio-emosional, dan menciptakan kondisi
organisasional.
Dalam pengelolaan pembelajaran, teknologi manajemen
dimanfaatkan dalam mengembangkan, merancang, dan melaksanakan strategi
pembelajaran dengan pola sistem belajar mandiri dengan memanfaatkan belajar
dengan bantuan komputer, belajar jarak jauh (distance learning), belajar
melalui modul, belajar terbuka (open learning), dan pola-pola pembelajaran
lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
KESIMPULAN
Ekonomi pada hakekatnya adalah ilmu yang mempelajari
perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi
adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Dalam teknologi
pendidikan prinsip ekonomi tidak bisa dipisahkan karena menunjang keberadaan
dan perkembangan teknologi pendidikan itu sendiri. Teori ekonomi bisa
dimanfaatkan untuk mengefisiensikan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sebenarnya sudah menjadi garapan disiplin teknologi
pendidikan. Penerapan teori ekonomi dalam teknologi pendidikan dapat dilihat
manfaatnya antara lain: Meningkat misi pendidikan secara sukses dan
terselenggara dengan baik, sebab diisi dengan program yang baik, meningkatkan
daya tarik terhadap masyarakat, peserta didik, dana donatur dan meningkatkan
kepuasan masyarakat, meningkatkan keefesiensian dan kegiatan pemasaran
pendidikan.
Sedangkan manajemen merupakan proses pelaksanaan suatu
sistem, agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam sistem pendidikan, teori
manajemen dimanfaatkan sebagai proses pengelolaan sistem pendidikan yang
mencakup manajemen personel, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan,
humas, sarana dan prasarana, dan layanan khusus.
Dalam teknologi pendidikan, teori manajemen memberikan
kontribusi dalam pengelolaan desain instruksional, pelaksanaan pembelajaran,
dan evaluasi terhadap pelaksanaan Instruksional/pembelajaran. Proses manajemen
tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran guna
mewujudkan tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Penerapan teknologi
manajemen dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dapat dilihat dengan
terciptanya seorang pendidik yang memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola
desain Instruksional, melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan metode dan
media yang variatif (berbasis teknologi), melakukan berbagai strategi dan pola
pembelajaran yang merupakan hasil pengembangan teknologi pendidikan, dan
pemanfaatan aneka sumber belajar, sehingga masalah-masalah pembelajaran dapat
diatasi dan pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.
B.
IMPLIKASI
Sebagaimana UUD 1945 bahwa setiap warga Negara mempunyai hak
yang sama terhadap pendidikan yang layak, maka berdasarkan teori ekonomi dan
menejemen yang diterapkan dalam dunia pendidikan diharapkan hal sebagai
berikut:
1.
Melalui teori ekonomi “modal
sekecil-kecilnya namun mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya” yang diterapkan
dalam dunia pendidikan, maka pendidikan dapat dijalankan dengan biaya yang
semurah-murahnya namun menghasikan kualitas SDM yang berdaya saing.
2.
Melalui teori ekonomi dan
manajemen yang diterapkan dalam dunia pendidikan dapat memberikan kesempatan
kepada setiap orang siapapun, dimanapun, kapanpun untuk mendapat pendidikan
yang layak guna menciptakan SDM sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
A.
Tabrani Rusyan, Manajemen Pembinaan Calon Kepala Sekolah di Era Otonomi
Daerah, Jakarta, Intimedia, 2004
E. Mulyasa, Dr. M.Pd., Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi
dan Implementasi), Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, cet. 3 & 4, 2003.
Fattah Nanang, Prof. Dr.
H., Konsep manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Guru, Cet I, Bandung,
Pustaka Bani Quraisy, 2004
J. Drost, SJ., Dari KBK
(Kurikulum Bertujuan Kompetensi) Sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara, 2005.
Luwis R. Benston, Supervision
and Management, New York, McGraw Hill Book Company, 1972.
Made Pidarta, Prof. Dr., Manajemen
Pendidikan Indonesia, Crt. II, Jakarta, Rineka Cipta, 2004.
Mamduh M. Hanafi, Drs. MBA,
Manajemen, Yogyakarta, Unit Penerbitan dan Percetakan Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 1997.
Purwanto M. Ngalim, Drs.
MP, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Cet. 17, Bandung, Rosdakarya,
2007.
Sondang P. Siagian, Filsafat
Administrasi, Jakarta, Gunung Agung, 1985.
Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003.
Wajong J, Fungsi
Administrasi Negara, Jakarta, Djambatan, 1983.